Selasa, 19 April 2011

Gagal Ginjal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam tubuh manusia terdapat contoh keseimbangan tubuh yang luar biasa. Konsep homeostasis sering disebut sebagai sebuah konsep yang terjadi dlam tubuh manusia. Seperti jika seseorng mengalami kelebihan cairan. Maka cairan tersebut akan dibuang oleh tubuh sesuai dengan kelebihan yang didaptkan oleh tubuh manusia.
Dalam tubuh manusia terdapat beberapa system organ, yang mana system system ini bekerja secara kompleks melakukan fungsi yang berbeda namun dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Sebut saja system urinaria, merupakan system tubuh yang tersusun dari beberapa organ penting, yang mana system ini berfungsi dalam pembuangan kelebihan cairan dalam tubuh. Adapaun system ini dibentuk oleh Ren ( ginjal ), ureter, vesica urinaria, dan urethra.
Ginjal atau Ren, merupakan komponen yang penting dalam system ini. Karena di Ren lah air kencing atau urin diproduksi dalam tubuh. Karena Ginjal memegang peranan yang cukup sentral dalam tubuh manusia maka apabila terjadi keganjialn pada kinerja dari Ren maka manusia akan mengalami ketidakseimbangan pengaturan cairan dalam tubuhnya. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai kegagalan fungsi dari ginjal, yang termasuk dalam konsep penyakit gagal ginjal akut.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dititik beratkan dalam pembahasan makalah ini adalah pembahasan yang tidak terlalu mendalam  mengenai gagal ginjal akut.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil
Berdasarkan peninjauan terhadap beberapa literature literature yang digunakan dalam menunjang penyusunan makalah ini. Didapatkan beberapa hal penting mengenai pembahasan makalah yang berkaitan dengan gagal ginjal akut, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Gagal Ginjal Akut merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan fungsi ginjal yang menurun secara cepat yang menyebabkan azotemia yang berkembang cepat.
( Patofisiologi Kedokteran : 992 )
2.      Penyebab Gagal Ginjal akut umumnya dipertimbangkan dalam tiga kategori diagnostic, yaitu : azotemia prarenal, azotemia pascarenal, dan Acute renal failure intrinsic.
( Patofisiologi Kedokteran : 992 )
3.      Adapun perjalanan klinis dari gagal ginjal akut dibagi ke dalam beberapa tahapan diantaranya yaitu :
a.       Stadium Oliguria
b.      Stadium Diuresis
c.       Stadium Pemulihan
( Patofisiologi Kedokteran : 997 )
4.      ARF dapat bersifat oligurik dan non-oligurik. Pada non-oligurik, perjalanan klinis cenderung lebih cepat dan prognosisnya lebih baik ( mortalitas 25% ) bila disbanding dengan ARF oligurik.
( http//:www.nejm.com )
2.2 Pembahasan
Berdasarkan  pada hasil dari tinjauan  pustaka diatas, maka gagal ginjal dapat berdasarkan rentetan klinisnya. Adapun penjelasa lebih mendalam mengenai gagal ginjal akut atau ARF sebagai berikut :

A. ETIOLOGI
Terdapat tiga kategori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah :
  1. Kondisi Pre Renal (hipoperfusi ginjal)
    Kondisi pra renal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya laju filtrasi glumerulus. Kondisi klinis yang umum yang menyebabkan terjadinya hipoperfusi renal adalah :
    • Penipisan volume
    • Hemoragi
    • Kehilangan cairan melalui ginjal (diuretik, osmotik)
    • Kehilangan cairan melalui saluran GI (muntah, diare, selang nasogastrik)
    • Gangguan efisiensi jantung
    • Infark miokard
    • Gagal jantung kongestif
    • Disritmia
    • Syok kardiogenik
    • Vasodilatasi
    • Sepsis
    • Anafilaksis
    • Medikasi antihipertensif atau medikasi lain yang menyebabkan vasodilatasi

  1. Kondisi Intra Renal (kerusakan aktual jaringan ginjal)
    Penyebab intra renal gagal ginjal akut adalah kerusakan glumerulus atau tubulus ginjal yang dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
    • Cedera akibat terbakar dan benturan
    • Reaksi transfusi yang parah
    • Agen nefrotoksik
    • Antibiotik aminoglikosida
    • Agen kontras radiopaque
    • Logam berat (timah, merkuri)
    • Obat NSAID
    • Bahan kimia dan pelarut (arsenik, etilen glikol, karbon tetraklorida)
    • Pielonefritis akut
    • glumerulonefritis

  1. Kondisi Post Renal (obstruksi aliran urin)
    Kondisi pasca renal yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari obstruksi di bagian distal ginjal. Obstruksi ini dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi sebagai berikut :
    • Batu traktus urinarius
    • Tumor
    • BPH
    • Striktur
    • Bekuan darah


B. MANIFESTASI KLINIK
    • Perubahan haluaran urine (haluaran urin sedikit, mengandung darah dan gravitasinya rendah (1,010) sedangkan nilai normalnya adalah 1,015-1,025)
    • Peningkatan BUN, creatinin
    • Kelebihan volume cairan
    • Hiperkalemia
    • Serum calsium menurun, phospat meningkat
    • Asidosis metabolik
    • Anemia
    • Letargi
    • Mual persisten, muntah dan diare
    • Nafas berbau urin
    • Manifestasi sistem syaraf pusat mencakup rasa lemah, sakit kepala, kedutan otot dan kejang.







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada bagian sebelumnya, maka dapat dibuat kesimpulan mengenai gagal ginjal akut, sebagai berikut :
a.       Gagal ginjal akut merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan fungsi ginjal yang menurun secara cepat yang menyebabkan azotemia yang berkembang cepat
b.      Adapun perjalanan klinis dari gagal ginjal akut dibagi ke dalam beberapa tahapan diantaranya yaitu :
a.       Stadium Oliguria
b.      Stadium Diuresis
c.       Stadium Pemulihan
Demikian kesimpulan yang dapat dibuat dari pembahasan makalah mengenai gagal ginjal akut.





Daftar Pustaka
Price, Sylvia A. 2003. Patofisiologi Kedokteran Edisi keenam. EGC ; Jakarta
Kumar dkk. 2005. Patologi Kedokteran. EGC; Jakarta
http//:www.nejm.com
http//:www.jwatch.com

RESPON TUBUH TERHADAP EXERCISE

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Tinjauan Pustaka
Berikut merupakan beberapa teori yang berkaitan dengan materi pembahasan pada percobaan respon tubuh terhadap exercise :
·         Dengan mempertahankan lingkungan dalam yang relative stabil, organisme multisel  yang kompleks dapat hidup bebas di lingkungan luar yang sangat bervariasi ( Claude Bernard, 1859 )
·         Upaya mempertahankan keadaan lingkungan dalam yang stabil sebagai Homeostasis ( Walter Cannon )
·         Uji latihan fisik, merupakan pengujian bagi sistem kontrol tubuh untuk menyelenggarakan homeostasis. Pada umumnya, sistem kontrol tubuh mempunyai kemampuan untuk memperlihatkan “steady state” pada kebanyakan bentuk latihan submaksimal pada lingkungan yang nyaman. Namun, latihan yang berat atau kerja yang berlebihan pada lingkungan yang tidak nyaman dapat berakibat ketidakmampuan sistem kontrol tubuh untuk menyelenggarakan “steady state”(Power dan Howley, 1990).
·         Sumber energi langsung untuk kontraksi otot adalah ATP. Pembentukan ATP tanpa pemakaian O2 dinamakan metabolisme anaerob, sedangkan produksi ATP yang menggunakan O2 sebagai akseptor akhir dari elektron adalah metabolisme aerob. Energi yang dibutuhkan untuk kinerja latihan berasal dari interaksi jalur-jalur anaerob dan aerob. Pada umumnya, makin singkat aktivitas (intensitas tinggi), maka makin tinggi kontribusi produksi energi anaerob. Sebaliknya, aktivitas yang lama (intensitas rendah sampai sedang) akan menggunakan ATP yang berasal dari sumber-sumber aerob ( Guyton Hall ; 2003 )
·         Pada awal suatu latihan, pemakaian O2 tidak secara mendadak dan hal ini menandakan jalur jalur anaerob menyumbang pada produksi ATP pada awal latihan. Sebaliknya, setelah tercapai “steady state” maka kebutuhan tubuh akan ATP dipenuhi oleh metabolisme aerob. Yang disebutkan terakhir ini tampak pada latihan yang berlangsung lebih dari 10 menit. Jelasnya kinerja yang berlangsung lebih dari 45 detik menggunakan ATP kreatin fosfat (ATP-CP), glikolisis, dan sistem aerob ( Powers dan Howley, 1990 )
·         Aktifitas fisik yang dikemas dalam kegiatan olahraga pada dasarnya adalah stressor yang diharapkan menjadi stimulator sehingga menghasilkan adaptasi tubuh (Lamb,1984)




1.2  Tujuan Percobaan
Berikut merupakan tujuan dari percobaan yang dilakukan mengenai respon tubuh terhadap exercise yang dilakukan oleh tubuh :
1.      Mengetahui perubahan-perubahan fisologis yang terjadi pada saat dan setelah exercise.
2.      Mampu menjelaskan mekanisme yang mendasari perubahan yang terjadi pada saat exercise dan setelah exercise.

















BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Alat
1.      Tensimeter anaeroid
2.      Stetoskop
3.      Stopwatch
2.2    Bahan
1.      Orang Coba
2.3 Cara kerja
1.      Sebelum exercise orang coba (berpakaian olahraga) diistirahatkan paling kurang 5 menit.
2.      Dilakukan pemeriksaan HR, TDS, dan TDD serta bunyi jantung.
3.      Orang coba mengambil posisi untuk sit up.
4.      Orang coba melakukan sit-up secara ritmis sampai batas kemampuan maksimalnya.
5.      Setelah 10 kali sit-up dilakukan pemeriksaan HR, TDS, TDD dan bunyi jantung.
6.      Pemeriksaan yang sama dilakukan pada saat orang coba tidak bisa lagi melanjutkan sit-upnya.
7.      Pemeriksaan diulangi lagi pada saat 5 menit setelah berhenti sit-up.










BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Percobaan
Biodata Orang Coba
Nama orang coba        : Muh. Ali Badar
Jenis kelamin               : Laki-laki
Umur                           : 21 tahun


Sistole
Diastole
Hearth Rate ( HR )
Sebelum
120 mmHg
80   mmHg
72   detak /menit
Sesudah
140 mmHg
100 mmHg
115  detak /menit
5 menit setelah
130 mmHg
90   mmHg
88  detak /menit
Tabel hasil pengamatan exercise

Grafik hasil pengamatan exercise





3.2 Pembahasan Hasil Pecobaan
A.    Keadaan saat sebelum exercise
Pada tahapan ini orang coba tampak, masih dalam keadaan normal, keadaan dimana seluruh tanda tanda vital dalam tubuh menunjukkan angka kenormalan. Seperti denyut jantung yang normal, frekuensi Respirasi yang stabil, serta tidak adanya tanda tanda metabolik yang tinggi. Artinya metabolisme berada pada keadaan  normal.
B.     Keadaan Sesudah Exercise
Exercise merupakan keadaan dimana tubuh melakukan beberapa aktivitas fisik sekaligus. Keadaan tersebut memaksa tubuh untuk meningkatkan aktivitas metabolismenya. Sebagai contoh pada saat orang coba melakukan exercise yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot, maka metabolisme anaerob, perombakan asam laktat menjadi ATP akan terjadi. Sebagai bukti dari adanya proses tersebut adalah orang coba akan merasakan kelelahan, pada saat melakukan exercise yang berkelanjutan. Hal ini diakibatkan karena adanya penumpukan asam laktat dalam otot orang coba.
Selain itu proses metabolisme pada orang coba juga menunjukkan respon dari paru paru. Pada saat melakukan exercise oarng coba akan melakukan metabolisme anaerob untuk beberapa saat. Ini berarti orang coba akan mengurangi konsumsi oksigennya pada saat melakukan exercise. Sehingga pada saat orang coba selesai melakukan exercise, maka paru paru akan berusaha memenuhi kekurangan akan kebutuhan oksigen akibat dari exercise tersebut, dengan cara meningkatkan frekuensi Respirasinya. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penumpukan cairan dalam paru paru, karena paru paru adalah tempat difusi CO2 menjadi O2. Peningkatan frekuensi Respirasi ini akan menyebabkan paru-paru bekerja lebih cepat untuk menormalkan kembali kekurangan oksigen dalam tubuh.
Alasan mengapa paru paru harus bekerja lebih cepat adalah untuk mengimbangi kerja dari jantung. Keadaan metabolik yang tinggi menuntu tubuh untuk memaksimalkan kinerjannya untuk menyebarkan hasil metabolsime ke seluruh tubuh lebih cepat dari biasanya. Hal ini secara tidak langsung memaksa jantung untuk bekerja lebih dari biasanya. Frekuensi detakan jantung permenitnya menunjukkan tubuh sedang dalam keadaan metabolik yang tinggi. Secara tidak langsung keadaan tersebut mewakili keadaan dimana tekanan sistole dan diastole jantung berada dalam keadaan tinggi di atas tekanan jantung normal.


C.    Keadaan 5 menit setelah exercise
Pada beberapa menit setelah exercise terjadi, maka tubuh akan berusaha untuk mewujudkan keseimbangan atau keadaan homeostasis dalam tubuh. Setelah  itu tubuh akan mulai memasuki tahapan relaksasi dari setiap organ tubuh.
Pada tahapan ini tahapan metabolisme mulai menurun secara perlahan untuk kembali pada tahapan metabolisme normal, hal ini secara tidak langsung menyebabkan paru paru mulai kembali melakukan frekuensi Respirasi secara normal, dan jantung akan menyesuaikan tekanan dan frekuensinya. Hingga akhirnya kembali pada tahapan dimana tubuh menunjukkan tanda tanda vital yang normal













BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasar pada penjelasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa percobaan Respon tubuh terhadap rangsangan berupa exercise, diantaranya yaitu :
1.      Tubuh akan merespon tiap rangsangan dari dalam dan luar tubuh, respon ini dilakukan untuk mewujudkan keadaan homeostasis dalam tubuh.
2.      Keadaan vital fisik manusia akan meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas metabolik dalam tubuh manusia.
3.      Setelah mencapai keadaan homeostasis pada exercise, maka tubuh akan secara perlahan mengembalikan fungsinya ke keadaan normal.
4.      Peningkatan aktivitas metabolisme tubuh, peningkatan frekuensi respires, dan peningkatan tekanan jantung merupakan beberapa perubahan fisiologis manusia yang dialami setelah melakukan exercise.
Demikian apa yang dapat saya simpulkan dari percobaan mengenai respon tubuh terhadap rangsangan berupa exercise

4.2 Saran
Percobaan merupakan penunjang salah satu tolak ukur dari kemampuan seseorang untuk mengabdi dalam masyarakat. Untuk itu diharapkan beberapa fasilitas yang kiranya menunjang percobaan agar dimaksimalkan. Demi keberhasilan dalam proses perkuliahan.








DAFTAR PUSTAKA

Sherwood,Lauralee.2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.EGC
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC
Guyton & Hall.2006.Text Book of Medical Phisiology.Elsevisier Saunders