LAPORAN
PERCOBAAN 5
REFLEKS REFLEKS FISIOLOGI
NAMA : SUDARMAN
NIM : F1E110030
DOKTER PEMBIMBING : Dr. IRFAN IDRIS, M.Kes
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Pustaka
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon segera setelah adanya rangsang. Pada manusia gerak refleks terjadi melalui reflex arc. Gerak refleks dapat digunakan pada pemeriksaan neurologis untuk mengetahui kerusakan atau pemfungsian dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Gerak refleks dapat dilatih misalnya pengulangan dari gerakan motorik pada latihan olah raga atau pengaitan dari rangsang oleh reaksi otomatis selama pengkondisian klasikal.
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.
Unit dasar setiap kegiatan reflex terpadu adalah lengkung reflex. Lengkung reflex ini terdiri dari alat indra, serat saraf aferen, satu atau lebih sinaps yang terdapat di susunan saraf pusat atau di ganglion simpatis, serat saraf eferen, dan efektor. Pada mamalia, hubungan (sinaps) antara neuron somatil aferen dan eferen biasanya terdapat di otak atau medulla spinalis. Serat neuron aferen masuk susunan saraf pusat melalui radiks dorsalis medulla spinalis atau melalui nervus kranialis, sedangkan badan selnya akan terdapat di ganglion-ganglion homolog nervi kranialis atau melalui nervus cranial yang sesuai. Kenyataan radiks dorsalis medulla spinalis bersifat sensorik dan radiks ventralis bersifat motorik dikenal sebagai hokum Bell-Magendie.
Kegiatan pada lengkung reflex dimulai di reseptor sensorik, sebagai potensial reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor ini akan membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal atau tuntas, di saraf aferen. Frekuensi potensial aksi yang terbentuk akan sebanding dengan besarnya potensial generator. Di system saraf pusat (SSP), terjadi lagi respons yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang, berupa potensial eksitasi pascasinaps (Excitatory Postsynaptic Potential=EPSP) dan potesial inhibisi postsinaps (Inhibitory Postsynaptic Potential=IPSP) di hubungan-hubungan saraf (sinaps). Respon yang timbul di serat eferen juga berupa repons yang bersifat gagal atau tuntas. Bila potensial aksi ini sampai di efektor, terjadi lagi respons yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Bila efektornya berupa otot polos, akan terjadi sumasi respons sehingga dapat mencetuskan potensial aksi di otot polos. Akan tetapi, di efektor yang berupa otot rangka, respons bertahap tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu menghasilkan kontraksi otot. Perlu ditekankan bahwa hubungan antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di system saraf pusat, dan kegiatan di lengkung reflex ini dapat dimodifikasi oleh berbagai masukan dari neuron lain yang juga bersinaps pada neuron eferen tersebut.
Lengkung reflex. Paling sederhana adalah lengkung reflex yang mempunyai satu sinaps anatara neuron aferen dan eferen. Lengkung reflex semacam itu dinamakan monosinaptik, dan reflex yang terjadi disebut reflex monosinaptik. Lengkung reflex yang mempunyai lebih dari satu interneuron antara neuron afern dan eferen dinamakan polisanptik, dan jumlah sinapsnya antara 2 sampai beberapa ratus. Pada kedua jenis lengkung reflex, terutama pada lengkung reflex polisinaptik. Kegiatan refleksnya dapat dimodifikasi oleh adanya fasilitas spasial dan temporal, oklusi, efek penggiatan bawah ambang (subliminal fringe), dan oleh berbagai efek lain.
Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh direnggangkan, akan timbul kontraksi. Respons ini disebut reflex renggang. Rangsangannya adalah regangan pada otot, dan responnya berupa kontraksi otot yang direnggangkan. Reseptornya adalah kumparan otot (muscle spindle). Impuls yang timbul akibat peregangan kumparan otot yang dihantarkan ke SSP melalui sera-serat sensorik cepat yang langsung bersinaps dengan neuron motorik otot yang teregang itu. Neurotransmitter di sinaps yang berada di SSP ini adalah glutamate. Reflex-refleks regang merupakan contoh reflex monosimpatik yang paling dikenal dan paling banyak diteliti.
Jika suatu otot keseluruhan diregangkan secara pasif, serat-serat intrafusal di dalam gelendong-gelendong otot juga teregang, terjadi peningkatan pembentukan potensial aksi di serat saraf aferen yang ujung-ujung sensoriknya berakhir di serat-serat gelendong yang teregang tersebut. Neuron aferen secara langsung bersinaps dengan neuron motorik alfa yang mempersarafi serat-serat ekstrafusal otot yang sama, sehingga terjadi kontraksi otot itu. Refleks regang (stretch reflex) ini berfungsi sebagai mekanisme umpan balik negative untuk menahan setiap perubahan pasif panjang otot, sehingga panjang optimal dapat dipertahankan.
Contoh klasik reflex regang adalah reflex tendon patella atau knee-jerk reflex. Otot- otot ekstenson lutut adalah kuadriseps femoris, yang membentuk anterior paha dan melekat ke tibia (tulang kering) tepat di bawah lutut melalui tendon patella. Pengetukan tendon ini dengan sebuah palu karet akan secara pasif meregangkan otot-otot kuadriseps dan mengaktifkan reseptor-reseptor gelendongnya. Reflex regang yang terjadi menimbulkan kontraksi otot ekstensor ini, sehingga lutut mengalami ekstensi dan mengangkat tungkai bawah dengan cara yang khas. Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin sebagai penilain pendahuluan fungsi system saraf. Reflex patella yang normal mengindikasikan dokter bahwa sejumlah komponen saraf dan otot-gelendong otot, masukan aferen, neuron motorik, keluaran eferen taut neuromuskulus, dan otot itu sendiri-berfungsi normal. Reflex ini juga mengindikasikan adanya keseimbangan antara masukan eksitorik dan inhibitorik ke neuron motorik dari pusat-pusat yang lebih tinggi di otak. (William F Gannong, Fisiologi Kedokteran, 120)
Tujuan utama reflex regang adalah menahan kecenderungan peregangan pasif otot-otot ekstensor yang ditimbulkan oleh gaya gravitasi ketika seseorang berdiri tegak. Setiap kali sendi lutut cenderung melengkung akibat gravitasi, otot-otot kuadriseps teregang. Kontraksi yang terjadi pada otot ekstensor ini akibat reflex regang dengan cepat meluruskan lutut, menahan tungkai tetap terkstensi, sehingga orang yang bersangkutan tetap berdiri tegak.
Stretch dinamis dan statis Stretch Reflex. Itu refleks regangan dapat dibagi menjadi dua komponen: refleks peregangan dinamis dan reflex regangan statis. Dinamis adalah menimbulkan refleks regangan oleh menimbulkan sinyal dinamis ditularkan dari indra utama akhiran dari spindle otot, yang disebabkan oleh peregangan cepat atau unstretch. Artinya, ketika tiba-tiba otot diregangkan atau teregang, sinyal kuat ditularkan ke sumsum tulang belakang; ini seketika kuat menyebabkan refleks kontraksi (atau penurunan kontraksi) dari otot yang sama dari sinyal yang berasal. Jadi, fungsi refleks untuk menentang perubahan mendadak pada otot panjang. Refleks regangan yang dinamis berakhir dalam fraksi detik setelah otot telah menggeliat (atau awalnya) untuk panjang baru, tetapi kemudian yang lebih lemah statis refleks regangan terus untuk waktu yang lama setelahnya. Refleks ini diperoleh oleh statis terus-menerus sinyal reseptor ditularkan oleh kedua primer dan endings.The sekunder pentingnya peregangan statis refleks adalah bahwa hal itu menyebabkan tingkat kontraksi otot tetap cukup konstan, kecuali jika sistem saraf seseorang secara spesifik kehendak sebaliknya.
Yang sangat penting fungsi dari refleks regangan adalah kemampuannya untuk mencegah osilasi atau sentakan pada pergerakan mesin tubuh. Ini adalah fungsi meredam dam memperlancar seperti yang dijelaskan dalam paragraf berikut. Sinyal dari sumsum tulang belakang sering ditularkan ke otot dalam bentuk unsmooth, meningkatkan intensitas untuk beberapa milidetik, kemudian menurun intensitas, kemudian mengubah tingkat intensitas lain, dan begitu seterusnya.
Refleks cahaya pada pupil adalah refleks yang mengontrol diameter pupil, sebagai tanggapan terhadap intensitas (pencahayaan) cahaya yang jatuh pada retina mata. Intensitas cahaya yang lebih besar menyebabkan pupil menjadi lebih kecil (kurangnya cahaya yang masuk), sedangkan intensitas cahaya yang lebih rendah menyebabkan pupil menjadi lebih besar (banyak cahaya yang masuk). Jadi, refleks cahaya pupil mengatur intensitas cahaya yang memasuki mata.
Refleks kornea, juga dikenal sebagai refleks berkedip, adalah tanpa sadar kelopak mata berkedip dari yang diperoleh oleh stimulasi (seperti menyentuh atau benda asing) dari kornea, atau cahaya terang, meskipun bisa akibat dari rangsangan perifer. Harus membangkitkan rangsangan baik secara langsung dan respons konsensual (tanggapan dari mata sebaliknya). Refleks mengkonsumsi pesat sebesar 0,1 detik. Tujuan evolusioner refleks ini adalah untuk melindungi mata dari benda asing dan lampu terang (yang terakhir ini dikenal sebagai refleks optik).
Pemeriksaan refleks kornea merupakan bagian dari beberapa neurologis ujian, khususnya ketika mengevaluasi koma. Kerusakan pada cabang oftalmik (V1) dari saraf kranial ke-5 hasil di absen refleks kornea ketika mata terkena dirangsang. Stimulasi dari satu kornea biasanya memiliki respons konsensual, dengan menutup kedua kelopak mata normal.
Refleks biseps tes refleks yang mempelajari fungsi dari refleks C5 busur dan untuk mengurangi refleks C6 derajat busur. Tes ini dilakukan dengan menggunakan sebuah tendon palu untuk dengan cepat menekan tendon biceps brachii saat melewati kubiti fosa. Secara spesifik, tes mengaktifkan reseptor di dalam peregangan otot bisep brachii yang berkomunikasi terutama dengan C5 dan sebagian saraf tulang belakang dengan saraf tulang belakang C6 untuk merangsang kontraksi refleks dari otot biseps dan menyentakkan lengan bawah.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mempelajari cara pemeriksaan reflex fisiologis (reflex kornea, cahaya, kulit dinding perut, periost radialis, periost ulnaris, dan stretch reflex).
2. Menyebutkan arkus reflex (reflex kornea, cahaya, kulit dinding perut, periost radialis, periost ulnaris, dan stretch reflex).
3. Menilai ada tidaknya gangguan impuls pada reflex fisiologis tersebut.
BAB II
METODELOGI PENELITIAN
2.1 Alat
1. Palu Perkusi
2. Lampu Senter
3. Kapas
4. Jarum
2.2 Bahan
1. Orang Coba
2.3 Cara Kerja
1. Refleks Kornea
Sediakan kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus. Orang coba disuruh melihat ke sisi yang berlawanan dengan pemeriksa tanpa menggerakkan kepala. Pemeriksa menyentuh dengan hati-hati sisi kontralateral kornea dengan kapas. Perhatikan responnya.
2. Refleks cahaya
Cahaya senter digerakkan dari lateral menuju pupil pada salah satu mata orang coba, oleh pengamat yang berada di depan orang coba. Perhatikan respons yang terjadi, pada pupil kedua mata (kanan dan kiri). Ulangi percobaan ini pada mata lain.
3. Refleks kulit dinding perut
Orang coba dibaringkan telentang dengan kedua lengan terletak lurus di samping badannya. Alihkan perhatian orang coba dengan cara mengajaknya berbicara/memalingkan kepala ke arah yang berlawanan dengan pemeriksa, kemudian goreslah kulit abdomen dari lateral ke arah umbulikus. Perhatikan respons yang terjadi. Ulangi bila tidak ada respons.
4. Refleks periost radialis
Atur posisi lengan bawah orang coba dengan setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit di pronasikan, kemudian alihkan perhatian orang coba dan ketuklah periosteum pada ujung distal os radii. Perhartikan respons yang terjadi. Ulangi bila tidak ada respons.
5. Refleks peroist ulnaris
Atur posisi lengan bawah orang coba dengan setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan antara pronasi dan supinasi, kemudian alihkan perhatian orang coba dan ketuklah periost prosessus stiloideus.Perhartikan respons yang terjadi. Ulangi bila tidak ada respons.
6. Knee pess refleks (KPR)
Atur posisi orang coba. Duduklah orang coba pada tempat yang cukup tinggi hingga kedua tungkainya tergantung bebas atau bila berbaring, atur posisi sehingga tidur terlentang denga tungkai difleksikan pada sendi lutut. Alihkan perhatiannya dan ketuklah tendo patella dengan hammer. Perhatikan respons yang terjadi. Ulangi bila tidak ada respons.
7. Achilles pess refleks (APR)
Atur posisi orang coba dengan tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan dengan tangan kiri pemeriksa meraih jari-jari kaki orang coba pada kaki yang diperiksa. Alihkan perhatiannya dan ketuklah tendon achilles. Perhatikan respons yang terjadi. Ulangi bila tidak ada respons.
8. Refleks biceps
Atur posisi orang coba dengan setengah difleksikan pada sendi siku. Alihkan perhatiannya dan ketuklah pada tendo otot biceps. Perhatikan respons yang terjadi. Ulangi bila tidak ada respons.
9. Refleks triseps
Atur posisi orang coba dengan lengan bawah difleksikan pada sendi siku dan sedikit dipronasikan. Alihkan perhatiannya dan ketuk pada tendo otot triseps 5 cm di atas siku. Perhatikan respons yang terjadi. Ulangi bila tidak ada respons.
10. Withdrawal refleks
Aturlah posisi orang coba dan lengan orang coba diletakkan di permukaan meja dalam keadaan ekstensi. Alihkan perhatiannya dan tusuklah dengan hati-hati dan cepat kulit lengan bawahnya dengan jarum steril, sehalus mungkin agar tidak melukai orang coba. Perhatikan respons yang terjadi. Ulangi bila tidak ada respons.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Percobaan
Data orang coba pada percobaan tes reflex fisiologis
Nama : Ervin Riyadi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 19 Tahun
Tabel Tes Refleks Fisiologis
No. | Tes Refleks | Hasil ( + / - ) |
1 | Refleks Kornea | + |
2 | Refleks Cahaya | + |
3 | Refleks Kulit Dinding perut | + |
4 | Rekleks Periost Radialis | + |
5 | Refleks Periost Ulnaris | + |
6 | Knee Pess Reflex | + |
7 | Achilles Pess Reflex | + |
8 | Refleks Biceps | + |
9 | Refleks Triceps | + |
10 | Withdrawl Reflex | + |
Keterangan Hasil : + = bereaksi
- = tidak bereaksi
3.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil percobaan tes reflex fisiologis diatas, maka diketahui bahwa orang coba diatas memiliki reflex yang normal. Hal tersebut ditunjukkan dari data percobaan yang didapatkan dimana seluruh tes reflex yang diberikan bernilai positif (+) yang dalam artian semua arkus refleksnya bereaksi terhadap tes reflex yang diberikan.
Refleks adalah jawaban motoric atas rangsangan sensorik yang diberikan pada kulit atau respon apapun yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar. Dalam pemeriksaan refleks, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
- Relaksasi sempurna. Orang coba harus relaks dengan posisi seenaknya. Bagian (anggota gerak) yang akan diperiksa harus terletak sepasif mungkin (lemas) tanpa ada usaha orang coba untuk mempertahankan posisinya.
- Harus ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa. Ini dapat dicapai bila posisi dan letak anggota gerak orang coba diatur dengan baik.
- Pemeriksaan mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi tangan dengan kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan regangan yang cukup.
Tes reflex yang diberikan pada orang coba terbagi atas beberapa bagian dimana hasil percobaan dari orang coba dapat dilihat pada table diatas. Tes reflex pada orang coba diklasifikasikan menjadi beberapa subbagian dan dibagi atas dasar pembagian tempatnya.
a. Refleks superficial
· Refleks dinding perut :
Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari lateral ke medial
Respon : kontraksi dinding perut
b. Refleks tendon / periosteum
· Refleks Biceps (BPR):
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.
Respon : fleksi lengan pada sendi siku
· Refleks Triceps (TPR)
Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
· Refleks Periost radialis
Cara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi
Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi m.brachiradialis
· Refleks Periost ulnaris
Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ulna, posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi.
Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates
· Refleks Patela (KPR)
Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris
· Refleks Achilles (APR)
Cara : ketukan pada tendon Achilles.
Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius.
· Withdrawl Reflex
Cara : Tunggulah pada saat orang coba tidak melihat saudara, tusuklah dengan hati-hati dan cepat kulit lengan dengan jarum suntik steril, sehalus mungkin agar tidak melukai orang coba.
Respon : fleksi lengan tersebut menjauhi stimulus.
c. Refleks Pada Daerah Penglihatan
· Refleks Kornea
Cara : Sentuhlah dengan hati-hati sisi kontralateral kornea dengan kapas.
Respon : Kedipan mata secara cepat.
· Refleks Cahaya
Cara : Cahaya senter dijatuhkan pada pupil salah satu mata orang coba.
Respon : Respons berupa konstriksi pupil holoateral dan kontralateral.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Refleks kulit perut berupa kontraksi otot dinding perut.
1. Refleks kulit perut berupa kontraksi otot dinding perut.
2. Refleks cahaya berupa kontraksi pupil homolateral dan kontralateral.
3. Refleks periost radialis berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.
4. Refleks periost ulnaris berupa pronasi tangan.
5. Knee pess reflex, respon berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps.
6. Achilles pess refleks, respon berupa plantar rfleksi dari kaki dan kontraksi otot gastroknemius.
7. Refleks biseps berupa fleksi lengan pada siku dan kontraksi otot biseps.
8. Refleks trisep berupa ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps.
9. Refleks Kornea berupa kedipan mata secara cepat.
10. Withdrawl reflex berupa fleksi lengan tersebut menjauhi stimulus.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC
Guyton & Hall.2006.Text Book of Medical Phisiology.Elsevisier Saunders
Tidak ada komentar:
Posting Komentar